Selasa, 10 Mei 2011

RESUSITASI BAYI

 RESUSITASI ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)
RESUSITASI adalah pernafasan dengan menerapkan masase jantung dan pernafasan buatan.(Kamus Kedokteran, Edisi 2000)
Kira-kira 10% bayi baru lahir memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan saat lahir, dan sekitar 1 % saja yang memerlukan resusitasi lengkap mulai dari pembersihan jalan nafas hingga pemberian obat-obatan darurat.
Untuk amannya, setiap akan menolong bayi baru lahir ada 5 pertanyaan yang harus mampu dijawab oleh petugas kesehatan untuk menentukan apakah tindakan pemberian resusitasi untuk bayi baru lahir diperlukan .
PERHATIKAN KONDISI BAYI BARU LAHIR TERSEBUT DAN PASTIKAN JAWABAN DARI SALAH SATU DARI 5 PERTANYAAN TERSEBUT DIBAWAH INI ADALAH “TIDAK” SEBELUM MELAKUKAN RESUSITASI BAYI, ARTINYA RESUSITASI DIPERLUKAN ;
1) Apakah bersih dari mekonium ?
2) Apakah bernafas dan menangis dengan adekuat?
3) Apakah tonus otot baik?
4) Apakah warna kulit kemerahan ?
5) Apakah lahir dengan cukup bulan?
Apa tanda yang penting untuk melakukan Resusitasi :
1. Pernafasan
Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa pernafasan tidak adekuat.
 Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan selama 1 menit. Nafas tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan, misalnya apneu. Jika pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 – 50 x/menit dan menangis, kita melangkah ke penilaian selanjutnya.
2. Denyut jantung – frekuensi
  Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut jantung bayi
tidak teratur.
 Frekuensi denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan cepat adalah dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria mempunyai keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut jantung secara terus menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 = frekuensi denyut jantung selama 1 menit)
Hasil penilaian ;
• Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai warna kulit.
• Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi untuk dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
3. Warna Kulit
  Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat
atau bisa sampai sianosis.
Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan. Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis purifier, oksigen tidak perlu diberikan, disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang bersalin yang dingin.
Nilai APGAR tidak dipakai untuk menentukan kapan kita memulai resusitasi atau untuk membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi.
Resusitasi dilakukan dengan tujuan :
1. Memberikan ventilasi yang adekuat
2. Membatasi kerusakan serebi
3. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat – alat vital lainnya
4. Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteri
Siapa yang memerlukan resusitasi :
Resusitasi dapat diberikan pada bayi, anak maupun dewasa yang memerlukan pernafasan buatan. Henti jantung dan henti nafas bukanlah kejadian yang sering terjadi walupun di Rumah Sakit. Kematian mendadak ini biasanya sebagai akibat stroke, infark miokardial, kelebihan dosis obat dan trauma hebat dapa dicegah bila tindakan resusitasi dilakukan secara tepat.
Resusitasi pada bayi diperlukan bila bayi dalam kondisi sebagai berikut :
1. Okulasi jalan nafas, misal tersedak, masalah pemberian makanan atau karena ada lendir.
2. Abnormalitas konginital yang tidak terdeteksi.
3. Sisa pengaruh depresi pernafasan setelah berkurangnya efek naloxone
4. Infeksi  
Resusitasi bayi dilakukan pada bagian tubuh yang disesuaikan dengan masalah / kondisi bayi , antara lain :
1. Untuk persalinan dimana ketuban mengandung mekoneum
Bila terdapat mekoneum dalam ketuban, petugas yang menolong persalinan harus menghisap cairan dari mulut, pharing, dan hidung bayi sebelum bahu dilahirkan, agar bayi tidak mengalami aspirasi mekoneum.
2. Untuk persalinan dimana ketuban tidak mengandung mekoneum
Bila tidak ada mekoneum, lahirkan bayi kemudian hisap lender dari mulut bayi terlebih dahulu, selanjutnya penghisapan dilakukan melalui hidung kanan – kiri.
LANGKAH AWAL RESUSITASI BAYI
Perkiraan waktu LAHIR
• BERSIH DARI MEKONEUM ?
• BERNAFAS&MENANGISDG ADEKUAT ?
• TONUS OTOT BAIK ?
• WARNA KULIT KEMERAHAN ?
• BAYI LAHIR CUKUP BULAN ?
T I D A K
30 detik
• Berikan kehangatan
• Posisikan, bersihkan jalan nafas (bila perlu)
• Keringkan, rangsang, posisikan lagi
• Beri oksigen (bila perlu)
• Evaluasi pernafasan,
 frekuensi jantung, Bernafas
• warna kulit FJ > 100 & Kemerahan
Lakukan VTP Perawatan Lanjut
Langkah awal meliputi :
1. Penentuan apakah neonatus memerlukan resusitasi
2. Membuka jalan nafas dan mencegah hipotermi
3. Bagaimana jika ketuban mengandunga mekoneum
4. Memberikan oksigen aliran bebas
Langkah awal resusitasi :
1. Memberikan kehangatan
Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas. Biarkan bayi telanjang agar panas dari alat pemancar dapat mencapai bayi dan untuk mendapat pandangan penuh pada bayi
2. Meletakkan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya.
Bayi diletakkan terlentang atau miring dengan kepala sedikit tengadah. Dengan demikian posisi faring, laring, trakea dalam satu garis lurus. Pada posisi ini jalan nafas terbuka dan mudah dilakukan ventilasi dengan balon sungkup.
3. Bersihkan jalan nafas
Untuk persalinan dimana ketuban mengandung mekoneum. : yaitu sebelum bahu dilahirkan, petugas yang menolong persalinan harus menghisap cairan dari mulut, pharing dan hidung agar bayi tidak mengalami aspirasi mekoneum.
Untuk persalinan dimana ketuban tidak mengandung mekoneum : Lahirkan bayi kemudian hisap lender dari mulut bayi terlebih dahulu, selanjutnya penghisapan dilakukan melalui hidung kiri kanan. Jangan menghisap terlalu dalam ( gunakan kekuatan penghisapan 100 mmHg) penghisapan terlalu dalam mengakibatkan bradichardi. Mulut dihisap terlebih dahulu sebelum hidung karena penghisapan hidung merangsang bayi bernafas dan akan terjadi aspirasi jika faring belum bersih.
4. Mengeringkan tubuh
Pengeringan membantu mengurangi hipotermi dan juga merupakan rangsangan agar bayi bernafas / menangis. Handuk yang digunakan untuk mengeringkan harus diganti dengan yang baru / masih kering dan hangat sebagai selimut.
5. Rangsang Taktil
 Setelah bayi dibebaskan / dibersihkan jalan nafasnya dan dikeringkan tetap aneu / tidak menangis, berikan rangsang taktil agar bernafas / menangis.
Cara rangsang yang aman :
• Menepuk atau menyentil telapak kaki
• Menggosok punggung, perut atau ekstremitas bayi
6. Pemberian Oksigen Aliran Bebas
  Jika bayi bernafas tapi penilaian warna kulit menunjukkan adanya sianosis sentral tetap berikanlah oksigen aliran bebas 100 % (minimal 5L / menit) sampai sianosis sentral hilang.
7. Berikan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
• VTP dilakukan dengan sungkup dan balon resusitasi atau dengan sungkup dan tabung
• Kecepatan ventilasi 40 – 60 x / menit
• Tekanan ventilasi untuk nafas pertama 30 – 40 cm H2O, setelah nafas pertama membutuhkan tekanan 15-20 cm H2O
• Suara nafas didengar dengan menggunakan stetoskop.
• Apabila dengan tahapan dia tas dada bayi masih tetap kurang berkembang, sebaiknya dilakukan intubasi endotrakheal (ET).
Persiapan Resusitasi Bayi dilakukan bila diketahui faktor pada ibu atau bayi , antara lain :
o Prematuritas
o Malpresentasi yang telah diketahui, missal presentasi sungsang
o Penyakit maternal, missal hipertensi, diabetes militus
o Riwayat kelainan obstetric atau neonatus sebelumnya
o Denyut jantung janin abnormal yang menandakan adanya distress janin
o Persalinan dengan alat atau dengan operasi, terutama yang menggunakan anestesi umum
o Kegawatan obstetric, missal prolaps tali pusat, perdarahan antepartum, distosia, eklampsi
o Persalinan cepat
o Pedasi berat pada ibu, missal karena over dosis obat
o Adanya mekonium segar dalam cairan amnion 
Resusitasi Bayi diberikan segera setelah bayi baru lahir dengan keadaan bayi yang ciri utamanya :
1. Bayi menderita apneu saat dilahirkan
2. Bayi dengan upaya pernafasan yang lemah dan tidak efektif 
Resusitasi dapat dilakukan dengan baik sekalipun dengan jumlah alat yang minimal, disegala tempat, seperti rumah sakit atau dirumah.
 Di lingkungan rumah sakit tersedia peralatan standar dengan beberapa alat tambahan.
 Di rumah, papan atau meja setrika dapat digunakan sebagai alas resusitasi dan hati-hati agar tidak terjadi aspirasi. Penyesuaian alat untuk di rumah meliputi; kotak peralatan dasar portable yang dapat difungsikan secara efektif.
 Apa persiapan alat untuk melakukan resusiatsi?
o Alat pernafasan siap pakai
o Oksigen
Dibutuhkan sumber oksigen 100% bersama pipa okigen dan alat pengukurannya
o Alat penghisap
 Penghisap lendir kaca
 Penghisap mekanis
 Kateter penghisap no. 5F atau 6F, 8F, 10F
 Sonde lambung no. 8Fdan semprit 20ml
 Penghisap mikonium 
o Alat sungkup dan balon resusitasi
o Digunakan untuk meniupkan udara ke paru-paru bayi baru lahir dengan tidak merubah langkah-langkah resusitasi bayi yang benar dan tepat sesuai dengan prosedur. Keuntungannya menggunakan sungkup dan tabung resuscitator ini yaitu penolong dapat melihat pergerakan dada bayi dengan lebih jelas, dan kemungkinan penularan penyakit dari bayi kepada penolong dapat dicegah dan sebaliknya.
 Sungkup berukuran untuk bayi cukup bulan dan kurang bulan/premature (sungkup mempunyai pinggir yang lunak seperti bantal)
 Balon resusitasi neonatus dengan katub penurunan tekanan. Balon harus mampu memberikan oksigen 90 – 100 %. Pipa saluran pernafasan berukuran untuk bayi cukup bulan dan kurang bulan. Oksigen dilengkapi alat pengukur aliran oksigen dan pipa-pipanya.
o Alat intubasi
 Laringoskop dengan lidah lurus no. 0 (untuk bayi kurang bulan) dan no. 1 (untuk bayi cukup bulan)
 Lampu dan baterai ekstra untuk laringoskop
 Pipa endotrakeal ukuran 2,5; 3,0; 3,5; 4,0 mm
 Stilet
 Gunting
 Obat-obatan
 Sarung tangan 
o Obat-obat
 Epinefrin 1:10.000 dalam ampul 3 ml atau 10 ml
 Nalokson hidroklorit 0,4 mg/ml dalam ampul 1 ml atau 1 mg/ml dalam ampul 2 ml
 Volume exspander, salah satu yang berikut ini:
• 5% larutan albuin saline
• Larutan NaCL 0,9%
• Larutan ringer laktat
 Bikarbonat natrikus 4,2 % (5 mEq/10 ml) dalam ampul 10 ml
 Aquades steril 25 ml
 Larutan Nacl 0,9 %, 25 ml
o Lain-lain
 Stethoscope bayi
 Plester ½ atau ¾ inci
 Semprit untuk 1,3,5,10,20,50 ml
 Jarum berukuran 18,21,25
 Kapas alcohol
 Baki untuk keteterisasi arteri umbilikalis
 Kateter umbilkus berukuran 3,5f; 5f
 Three way stopcocks
 Sonde lambung berukuran 5f 
Paling sedikit 1 orang siap dikamar bersalin yang terampil dalam melakukan resusitasi bayi baru lahir da 2 orang lainnya untuk membantu dalam keadaan resusitasi darurat.
Bagaimana prosedur atau pelaksanaan resusitasi bayi?
1. Pindahkan bayi ke area resusitasi. Pada saat yang bersamaan:
- Kirimkan panggilan gawat darurat ke personil yang cepat
- Hidupkan jam dan catat waktu
- Nyalakan pemanas dan lampu
- Keringkan badan bayi secara menyeluruh, dang anti handuk yang basah, bungkus bayi dengan handuk bersih dan hangat dengan dada terbuka.
2. Atur posisi kepala bayi dengan posisi “mengendus”, tidak terlalu menengadah dan terlalu menunduk karena dapat menutupi jalan nafas. Dengan menggunakan kateter ukuran 8FG, lakukan pengisapan pada rongga mulut dengan hati-hati, jangan samapai menyentuh bagian belakang tenggorokan
3. Sekarang, dengan jalan nafas yang sudah paten, terbuka dan bersih, kaji frekuensi jantung, pernafasan dan warna kulit bayi:
 Bila bayi tampak merah mudah, dengan denyut jantung lebih dari 100/menit (dpm) dan bayi bernafas secara spontan: hangatkan bayi dan kembalikan pada orang tuanya
 Bila bayi bernafas tidak teratur (dangkal atau lambat) dengan sedikit sianosis, tetapi denyut jantung lebih dari 100x/menit:
- Berikan oksigen 5 liter/mnit dengan selang atau corong (tangan dapat di tangkupkan untuk membentuk corong)
Respons terhadap cara sederhana ini harus sudah terluhat dalam 30 detik. Bila sianosis hilang serta pernafasan dalam jumlah dan pola yang normal, bayi dikembalikan ke orang tuanya
 Bila tidak ada respon terhadap tindakan yang dijelaskan dalam pada no. 3.2 diatas, missal nafas terengah-engah, apnea, frekuensi jantung < 100 dpm, atau bayi tampak pucat:
a. Pastikan kepatenan jalan nafas
b. Lakukan inflasi paru dengan BVM. Ukuran masker yaqng benar harus digunakan agar benar-benar menutup mulut dan hidung bayi, tidak melampaui dagu atau lekukan mata. Ujung jari digunakan untuk menopang rahang dan menutup masker (memegang bagian bawah dagu juga akan menutup jalan nafas).
kantong (dengan katup pengaman yang pada awalnya di set pada 30 H2O) ditekan, 1 fentilasi berlangsung sekitar 1 – 2 detik dada harus naik dan turun secara perlahan setiap terjadi fentilasi,; keepatannya harus 30 – 40x nafas/menit (RCPCH,RCOG,1997). Bila dada tidak terlihat naik, bidan harus melakukan pengkajian terhadap kepatenan jalan nafas bebas dan penggunaan masker.
c. Setalah fentilasi selama 15 – 30 detik, kaji frekuensi jantung dengan merabanya dibagia apeks jantung atau di bagian bawah tali pusat. Hitung selama 6 deti kemudian kalikan 10 untuk mengitung banyaknya denyut dalam 1 menit.
d. Teruskan BVM sampai terjadi pernafasan spontan dan bila frekuensi jantung lebih dari 100 dpm. Bila frekuensi jantung antara 100 dan 60 dpm, lanjutkan fentilasi efektif dan kaji ulan setelah 30 detik.
2. Bila frekuensi jantung kurang dari 60 dpm, lakukan kompresi jantung: garis imajinasi di buat diantara putting susu; jari telunjuk dan jari tengah diletakkkan di tengah-tengah sternum tepat dinawah garis, kemudian dada ditekan sampai kedalaman sepertriga dada (1 – 2 cm). melanjutkan fentilasi yang efektif pada paru dan bahwa kompresi jantung dapat disinkronkan dengan fentilasi merupakan hal yang sangat penting. Kecepatan sinkronisasi adalah satu femntilasi diikuti dengan 3 kompresif (1:3). Selama 6 detik harus dilakukan sebanyak 3 siklus fentilasi kompres. Secara ideal diperlukan 2 orang untuk melakukan resusitasi ini, 1 orang menghitung dengan keras, sehingga konsentrasi dapat dipertahankan. (terdapat standar resusitasi 1:5 untuk semua kelompok umur, dengan demikian hal ini boleh dilakukan pada bayi.
3. Dengan kompresi jantung, frekuen jantung sering meningkat dengan cepat sampai lebih dari 80 dpm. Bila dalam waktu 30 detik tidak berhasil, dokter anak akan mempertimbangkan pemberian obat dan memindahkan bayi ke unit perawatan yang lebih kompleks. Meskipun demikian, penyebab paling banyak terjadinya penurunan frekuensi jantung adalah fentilasi paru yang tidak efektif.
DAFTAR PUSTAKA
 Johnson, Ruth dan Wendy Taylor. 2004. Praktek Kebidanan . Jakarta : EGC.
 Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiohardjo.
 Prawirohardjo, Sarwono.2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
 Ramali, Ahmad, 2000, Kamus Kedokteran Arti dan Keterangan Istilah, Cet.24, Jakarta; Djambatan

>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar