Sabtu, 07 Mei 2011

ENDOMETRIOSIS


Kelainan ginekologi benigna yang sangat mengganggu kesehatan wanita dimana kelenjar-kelenjar dan stroma yang menyerupai endometrium (“endometrium like”) ditemukan pula diluar uterus.

Dampak psikologis dari rasa nyeri hebat yang terjadi semakin bertambah akibat dampak penyakit ini terhadap fertilitas pasien.

Penyakit ini tak pernah sembuh sempurna dan terapi ditujukan untuk penekanan lesi secara medis (medical supression) – eksisi (surgical excision) dan meringankan keluhan penderita.

Adenomiosis adalah invasi jaringan endometrium kedalam miometrium.
ANGKA KEJADIAN
  • Dalam populasi umum endometriosis terjadi pada 7-10% wanita.
  • Oleh karena ini adalah sebuah penyakit yang “estrogen dependent” maka penyakit hanya terjadi pada wanita dalam masa usia reproduksi.
  • Prevalensi endometriosis pada pasien infertilitas kira-kira 20 – 50% (Rawson, 1991; Strathy, 1982; Verkauf, 1987) .
  • Prevalensi pada penderita nyeri panggul menahun kira-kira 80% (Carter, 1994).
  • Bukti adanya endometriosis saat laparoskopi pada wanita asimptomatik kira-kira 20-50% (Williams, 1977).
  • Terdapat faktor hubungan keluarga dimana kejadian endometriosis 10 kali lipat lebih besar pada hubungan keluarga derajat pertama (Cramer, 1987).
  • Kembar Monozygotic sangat berhubungan dengan endometriosis (Hadfield, 1997).
ETIOLOGI dan PATOGENESIS
  1. Menstruasi retrograde
  2. Penyebaran limfatik dan hematogenik
  3. Metaplasia Coelomic
  4. Defek Imuno-genetik
  5. Lingkungan (pestisida, kantung plastik)
  6. Penyebaran Anatomis
PATOLOGI
S01790-026-f001
Lokasi endometriosis :
  1. Ovarium
  2. Cavum Douglassi
  3. Ligamentum sacrouterina
  4. Ligamentum latum
  5. Tuba falopii
  6. Plica vesicouterina
  7. Ligamentum Rotundum
  8. Apendik vermoformis
  9. Vagina
  10. Septum rectovagina
  11. Colon rectosigmoid
  12. Caecum
  13. Ileum
  14. Kanalis inguinalis
  15. Jaringan parut abdomen
  16. Ureter
  17. Vesica urinaria
  18. umbilikus
  19. vulva
  20. Tempat yang jauh
Dimanapun lokasi endometriosis, terdapat endometrium ektopik berselubung stroma yang mengalami implantasi dan berbentuk seperti kista miniatur serta memberikan respon siklis terhadap estrogen dan progesteron seperti halnya endometrium dalam cavum uteri. Selama proses menstruasi, terjadi perdarahan pada kista mini tersebut.

Darah – jaringan endometrium dan cairan jaringan selanjutnya akan terperangkap didalam kista.

Pada siklus berikutnya, cairan jaringan dan plasma darah diabsorbsi dan menyisakan darah berwarna kehitaman yang kental.

Siklus berulang setiap bulan dan secara perlahan kista menjadi besar berisi cairan coklat kehitaman yang semakin bertambah banyak.

Ukuran maksimum kista tergantung pada lokasi . Kista kecil akan tetap kecil dan terjadi serbukan makrofag sehingga menjadi lesi fibrotik kecil.

Kista ovarium (endometrioma) cenderung bertambah besar sampai sebesar buah jeruk. Dengan pembesaran kista, terjadi kerusakan sel kista sehingga menjadi bersifat non-fungsional.

Ruptura atau kebocoran dari kista kecil sering terjadi sehingga menyebabkan adanya perlekatan pada jaringan sekitarnya.
File:Peritoneal endometriosis.jpg
Endoscopic image of endometriotic lesions at the peritoneum of the pelvic wall
File:Douglas endometriose.jpg

Endometriosis pada ligamentum latum dapat terjadi secara primer atau secara sekunder terjadi melalui penyebaran dari ovarium.
Lesi di cavum Douglassi seringkali tidak terlihat kecuali bila pemeriksaan dilakukan pada saat menstruasi.
File:Perforierte Endometriosezyste.jpg
Endoscopic image of a ruptured chocolate cyst in left ovary
GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis seringkali tidak spesifik. 25% kasus pasien endometriosis tidak menunjukkan gejala ; sisanya menunjukkan gejala yang sangat bervariasi tergantung pada lokasi dan bukan pada luasnya penyakit.
Gejala yang mungkin terjadi :
  • Nyeri
  • Gangguan haid
  • Dispareunia
  • Disuria
  • Dyschezia
  • Infertilitas
Rasa Nyeri
Kejang abdomen bagian bawah yang dimulai sebelum haid dan mencapai puncaknya beberapa hari terakhir haid dan secara perlahan-lahan mereda.

Nyeri ini disebut sebagai DYSMENORRHOEA .

Bila kista endometrium cukup besar, dan disertai perlekatan atau lesi menyangkut peritoneum sekitar usus maka akan ada keluhan nyeri perut bagian bawah yang menetap diluar siklus haid dan dengan intensitas bervariasi.

Gangguan Haid
Pada 60% pasien endometriosis terjadi gangguan siklus haid.
Keluhan mungkin berupa bercak pra-haid (spotting), menorrhagia atau periode haid yang pendek.

Dyspareunia
Bila endometrium berada di cavum douglassi, khususnya bila disertai dengan retro-versio uteri dan perlekatan maka akan terdapat keluhan dispareunia pada saat penetrasi penis berlangsung secara maksimal saat sexual intercourse.
Bila lesi menyangkut peritoneum usus maka akan ada keluhan nyeri saat defikasi.

Infertilitas
Endometriosis sering disertai dengan infertilitas, mungkin hal ini berhubungan dengan distorsi anatomis saluran reproduksi internal.
Kadang-kadang diagnosa endometriosis baru terdeteksi setelah pemeriksaan infertilitas dengan menggunakan laparoskopi.

PEMERIKSAAN KLINIS
  • Pemeriksaan abdominal dan biamual tak dapat menemukan adanya lesi yang kecil. Disarankan untuk melakukan pemeriksaan bimanual saat atau beberapa saat sesudah menstruasi agar dapat menemukan lesi pada cavum douglassi yang umumnya membesar saat menstruasi.
  • Kista besar yang melekat erat sering ditemukan dengan mudah pada pemeriksaan bimanual
PENATALAKSANAAN
Tergantung pada :
  • Luasnya penyakit seperti yang ditemukan saat laparoskopi
  • Fungsi reproduksi
1. OBSERVASI
Pada pasien asimptomatik atau dengan rasa nyeri ringan.
Pada pasien infertil dengan kelainan ringan sebaiknya dilakukan terapi ekspektatif
2. TERAPI ANALGESIK
    1. NSAID’s
    2. Prostaglandine synthetase – inhibiting drugs
3. TERAPI HORMONAL
a. Pil kontrasepsi oral
  • Terutama dari jenis monofasik
  • Diberikan setiap hari selama 6 – 12 bulan
  • Bila terjadi perdarahan lucut: berikan tambahan estrogen
b. Progestin
  • Bekerja dengan mekanisme seperti kontrasepsi oral
  • Dosis Medroxyprogesteron acetate – MPA 10 – 30 mg/hari
  • Alternatif : Depo-Provera® 150 mg setiap 3 bulan
c. Danazol
  • Danazol adalah androgen lemah yang merupakan derivat dari isoxazole 17α – ethinyl testosterone (ethisterone)
  • Mekanisme kerja obat :
    1. Danazole bekerja pada level hipotalamus untuk mencegah lepasnya gonadotropin , sehingga mencegah keluarnya FSH dan LH
    2. Danazol mencegah aktivitas enzym steroidogenesis dalam ovarium sehingga terjadi suasana yang hipoestrogenik yang menambah efek androgenik dari Danazole untuk mencegah pertumbuhan endometrium
      • Dosis 800 mg/hari qid selama 6 bulan [ terapi ini mahal ]
      • Rasa nyeri dapat diatasi dengan penggunaan Danazole pada 90% kasus
      • Efek samping :
        • Jerawat
        • Berat badan meningkat
        • Edema
        • Perubahan lipoprotein plasma
        • Perubahan suara [kadang-kadang menetap]
d. Gestrinone
    • Gestrinone adalah derivat dari 19-nortestosterone yang berperan untuk menekan FSH dan LH
    • Tidak ada dipasaran USA
    • Efektif namun efek samping androgenik sangat menonjol dan tidak terjadi hambatan pada ovulasi.
e. GnRH agonis
    • Analog dengan 10-aminoacid peptide hormon GnRH
    • Terjadi penekanan sekresi gonadotropin dengan akibat menghilangkan steroidogenesis ovarium dan menekan endometrium.
    • Rasa nyeri menghilang pada bulan ke II atau ke III
    • Pemberian GnRH agonis :
      • Leuprolide 3.75 mg / bulan secara intramuskular
      • Nafareline 200 mg 2 kali sehari intranasal
      • Goserelin 3.75 mg / bulan subcutan
    • GnRH agonis hanya boleh diberikan selama 6 bulan oleh karena efek samping berupa status hipoestrogenik dengan akibat lanjutan yang berupa penurunan densitas tulang.
    • Efek samping lain : gejala vasomotorik, rasa kering mulut dan gangguan emosi
    • Penelitian menunjukkan bahwa bila ditambahkan pemberian norethindrone 2.5 mg atau estrogen conjugated 0.625 mg + MPA 5 mg perhari, nampaknya efek samping yang berupa gejala vasomotorik dan penurunan densitas tulang menjadi berkurang.
    • Untuk menghindari penurunan densitas tulang nampaknya cukup bila diberikan norethindrone acetate 5 mg saja atau disertai juga dengan pemberian CE dosis rendah.
4. TERAPI PEMBEDAHAN
  • Terapi bedah konservatif dilakukan pada :
    • Kasus infertilitas
    • Penyakit berat dengan perlekatan hebat
    • Usia “tua”
  • Terapi bedah konservatif antara lain meliputi pelepasan perlekatan, merusak jaringan endometriotik, rekonstruksi anatomis sebaik mungkin.
  • Bila fungsi reproduksi tak diperlukan lagi : TAH + BSO dan lisis semua perlekatan yang terjadi
PERBANDINGAN ANTARA INTERVENSI MEDIS DAN PEMBEDAHAN :
Keuntungan intervensi medis :
  1. Biaya lebih murah
  2. Terapi empiris ( dapat di modifikasi dengan mudah )
  3. Efektif untuk menghilangkan rasa nyeri
Kerugian intervensi medis :
  1. Sering ditemukan efek samping
  2. Tidak memperbaiki fertilitas
  3. Beberapa obat hanya dapat digunakan untuk waktu singkat
Keuntungan intervensi pembedahan :
  1. Efektif untuk menghilangkan rasa nyeri
  2. Lebih efisien dibandingkan terapi medis
  3. Melalui biopsi dapat ditegakkan diagnosa pasti
Kerugian intervensi pembedahan :
  1. Biaya
  2. Resiko medis “ poorly defined …..and probably underestimated” sekitar 3%
  3. Efisiensi diragukan, efek menghilangkan rasa nyeri temporer 70 – 80%
>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar