Selasa, 07 Desember 2010

Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus

1. Klasifikasi
Divisio : Protophyta
Class : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Family : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : Staphylococcus aureus (Tortora, 2001)

2. Morfologi
Bakteri S. aureus cenderung berkelompok, yang bila dilihat dengan mikroskop menyerupai buah anggur. Bakteri ini non-motil, tidak membentuk spora, dan merupakan bakteri gram positif (Todar, 2002).

3. Biakan
S. aureus di laboratorium tumbuh dengan baik pada suhu 37°C. Batas-batas suhu untuk pertumbuhannya adalah 15-40°C, sedangkan suhu pertumbuhan optimum adalah 35°C (Madigan, 2006).

S. aureus bersifat anaerobik fakultatif, katalase positif, koagulase positif, memfermentasi glukosa terutama menjadi asam laktat, memfermentasi manitol. Membentuk koloni kuning emas yang cukup besar pada agar yang kaya nutrisi, seringkali bersifat hemolitik pada agar darah (Todar, 2002).

Sifat-sifat Staphylococcus aureus
Koagulase +
Manitol (anaerobik) Asam
DNA-ase +
Keperluan biotin –
Susunan dinding sel :
1. Ribitol +
2. Gliserol -
3. Protein A (presipitinogen) +
Hemolisin alpha +
Pigmen +
Fosfatase +
Novobiosin Susceptible
Trehalose +
Sukrose +
(Lay, 1992; Lynes, 1989)
Reaksi manitol ditujukan untuk mengetahui apakah bakteri tersebut dapat merugikan manitol atau tidak. Biasanya dengan cara ditanam pada media yang mengandung manitol kemudian diinkubasi dan selanjutnya diamati warna yang terjadi di sekeliling koloni. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya zona kuning di sekeliling koloni bakteri (Merck, 2005).

4. Penyakit yang Ditimbulkan
Menimbulkan infeksi bernanah dan abses. Infeksinya akan lebih berat apabila menyerang anak-anak, usia lanjut dan orang yang daya tahan tubuhnya menurun, seperti penderita diabetes melitus, luka bakar dan penderita AIDS. Dapat menyebabkan infeksi pada folikel rambut dan kelenjar keringat, bisul, infeksi pada luka, meningitis, endokarditis, pneumonia, pyelonephritis dan osteomyelitis. Sedangkan di rumah sakit sering menimbulkan nosocomial infections pada bayi, pasien luka bakar atau pasien luka bedah yang sebagian besar disebabkan kontaminasi oleh personil rumah sakit (medis dan paramedis) (Entjang, 2003).

Selain itu S. aureus dapat menyebabkan keracunan makanan jika menelan makanan yang tercemar oleh enterotoksin dari S. aureus misal daging, ikan, susu dan hasil olahannya. Akan timbul diare dan muntah yang terjadi dalam waktu 6 jam setelah menelan makanan yang terkontaminasi (Tortora, 2001; Madigan, 2006).

>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar