1. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif seimbang.
Peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya.
Peningkatan berat badan anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem
rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya.
2. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan
lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih
cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan
badannya. Untuk memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak – anak
terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam
bentuk permainan. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam
aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang,
dll.
Beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode ini, antara lain
:






3. Perkembangan Kognitif
Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak
berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir
anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir
anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya
ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium
belajar.
Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut pemikiran
Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental
yang difokuskan pada objek – objek
peristiwa nyata atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya,
mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari
pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang
tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam masa ini, anak telah
mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi – operasi, yaitu :
a). Negasi (Negation), yaitu pada masa konkrit operasional,
anak memahami hubungan-hubungan
antara benda atau keadaan yag satu dengan benda atau keadaan yang lain.
b). Hubungan Timbal Balik (Resiprok), yaitu anak telah
mengetahui hubungan sebab-akibat dalam
suatu keadaan.
c). Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu
deretan benda-benda yang ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk
mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan.
Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkanya
dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak
secara nyata.
a. Perkembangan Memori
Selama periode ini, memori jangka pendek anak telah
berkembang dengan baik. Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak
peningkatan dengan disertai adanya keterbatasan – keterbatasan. Untuk
mengurangi keterbatasan tersebut, anak berusaha menggunakan strategi memori
(memory strategy), yaitu merupakan perilaku disengaja yang digunakan untuk
meningkatkan memori. Matlin (1994) menyebutkan 4 macam strategi memori yang
penting, yaitu :
Rehearsal (Pengulangan) : Suatu strategi meningkatkan memori
dengan cara mengulang berkali-kali informasi yang telah disampaikan.
Organization (Organisasi) : Pengelompokan dan pengkategorian
sesuatu yang digunakan untuk meningkatkan memori. Seperti, anak SD sering
mengingat nama-nama teman sekelasnya menurut susunan dimana mereka duduk dalam
satu kelas.
Imagery (Perbandingan) : Membandingkan sesuatu dengan tipe
dari karakteristik pembayangan dari seseorang.
Retrieval (Pemunculan Kembali) : Proses mengeluarkan atau
mengangkat informasi dari tempat penyimpanan. Ketika suatu isyarat yang mungkin
dapat membantu memunculkan kembali sebuah meori, mereka akan menggunakannya
secara spontan.
Selain strategi-strategi memori diatas, terdapat hal lain
yang mempengaruhi memori anak, seperti tingkat usia, sifat anak (termasuk
sikap, kesehatan dan motivasi), serta pengetahuan yang diperoleh anak
sebelumnya.
b. Perkembangan Pemikiran Kritis
Perkembangan Pemikiran Kritis yaitu pemahaman atau refleksi
terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka,
tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai
sumber serta mampu befikir secara reflektif dan evaluatif.
c. Perkembangan Kreativitas
Dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh
lingkungan, terutama lingkungan sekolah.
d. Perkembangan Bahasa
Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus
berlanjut. Perbendaharaan kosa kata dan cara menggunakan kalimat bertambah
kompleks. Perkembangan ini terlihat dalam cara berfikir tentang kata-kata,
struktur kalimat dan secara bertahap anak akan mulai menggunakan kalimat yang
lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan berbagai aturan tata bahasa
secara tepat.
4. Perkembangan Psikosial
Pada tahap ini, anak dapat menghadapi dan menyelesaikan
tugas atau perbuatan yang dapat
membuahkan hasil, sehingga dunia psikosial anak menjadi semakin kompleks. Anak
sudah siap untuk meninggalkan rumah dan orang tuanya dalam waktu terbatas,
yaitu pada saat anak berada di sekolah. Melalui proses pendidikan ini, anak
belajar untuk bersaing (kompetitif), kooperatif dengan orang lain, saling
memberi dan menerima, setia kawan dan belajar peraturan – peraturan yang
berlaku. Dalam hal ini proses sosialisasi banyak terpengaruh oleh guru dan
teman sebaya. Identifikasi bukan lagi terhadap orang tua, melainkan terhadap
guru. Selain itu, anak tidak lagi bersifat egosentris, ia telah mempunyai jiwa
kompetitif sehingga dapat memilah apa yang baik bagi dirinya, mampu memecahkan masalahnya
sendiri dan mulai melakukan identifikasi terhadap tokoh tertentu yang menarik
perhatiannya.
a. Perkembangan Pemahaman Diri
Pada tahap ini, pemahaman diri atau konsep diri anak
mengalami perubahan yang sangat pesat. Ia lebih memahami dirinya melalui
karakteristik internal daripada melalui karakteristik eksternal.
b.
Perkembangan Hubungan dengan Keluarga
Dalam hal ini, orang tua merasakan pengontrolan dirinya
terhadap tingkah laku anak mereka berkurang dari waktu ke waktu dibandingkan
dengan periode sebelumnya, karena rata-rata anak menghabiskan waktunya di
sekolah. Interaksi guru dan teman sebaya di sekolah memberikan suatu peluang
yang besar bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan
ketrampilan sosial.
c.
Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya
Berinteraksi dengan teman sebaya merupakan aktivitas yang
banyak menyita waktu. Umumnya mereka meluangkan waktu lebih dari 40% untuk
berinteraksi dengan teman sebaya dan terkadang terdapat duatu grup/kelompok.
Anak idak lagi puas bermain sendirian dirumah. Hal ini karena anak mempunyai
kenginan kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok
2.
Etiologi retardasi mental
Retardasi
mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap,
yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh,
misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial (Maslim,1998).

Adanya
disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Untuk mengetahui adanya
retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun
begitu terdapat beberapa factor yang potensial berperanan dalam terjadinya
retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT (1983) dan Shonkoff JP
(1992) dibawah ini.
Faktor-Faktor
Yang Potensial Sebagai Penyebab Retardasi Mental
1. Non-Organik




2. Oraganik

a. Abnormalitas single gene ( penyakit
–penyakit metabolik, kelainan neurokutaneus, dll )
b. Kelainan kromosom ( X-linked,
translokasi, fragile-X), sindrom polygenic familial.

a. Gangguan pertumbuhan otak trimester
I
v Kelainan kromosom ( trisomi, mosaik,
dll)
v Infeksi intrauterine, misalnya
TORCH, HIV
v Zat-zat teratogen ( alcohol,
radiasi, dll )
v Disfungsi plasenta
v Kelainan congenital dari otak
(idiopatik)
b. Gangguan pertumbuhan otak trimester
II dan III
v Infeksi intrauterine, misalnya
TORCH, HIV
v Zat- zat teratogen ( alcohol,
kokain, logam berat, dll )
v Ibu : diabetes mellitus, PKU (
phenilketonuria )
v Toksemia gravidarum
v Disfungsi plasenta
v Ibu malnutrisi

a. Sangat premature
b. Asfiksia neonatorum
c. Truma lahir : perdarahan
intracranial
d. Meningitis
e. Kelainan metabolic : hipoglikemik,
hiperbilirubinemia

a. Trauma berat pada kepala/susunan
saraf pusat
b. Neurotoksin, misalnya logam berat
c. CVA ( Cerebrovaskuler accident )
d. Anoksia, misalnya tenggelam
e. Metabolic
v Gizi buruk
v Kelainan hormonal, misalnya
hipotiroid, pseudohipotiroid
v Amino aciduria, misalnya PKU
v Kelainan metabolisme karbohidrat,
galaktosemia dll
v Polisakaridosis, misalnya sindrom
Hurler
v Cerebral lipidosis ( Tay Sachs ),
dengan hepatomegali ( Gaucher )
v Penyakit degeneratif/ metabolic
lainnya.
f. Infeksi
v Meningitis, ensefalitis, dll.
v Subakut sklerosing panasefalitis
Kebanyakan
anak yang menderita retardasi mental ini berasal dari golongan social ekonomi
rendah akibat kurangnya stimulasi dari lingkungannya sehingga secara bertahap
menurunkan IQ yang bersamaan dengan terjadinya maturasi. Demikian pula dengan
keadaan social ekonomi yang rendah dapat sebagai penyebab organic dari
retardasi mental, misalnya keracunan logam berat yang subklinik dalam jangka
waktu yang lama dapat mempengaruhi kemampuan kognitif, ternyata lebih banyak
pada anak-anak dikota dari golongan social ekonomi rendah. Demikian pula dengan
kurang gizi, baik pada ibu hamil maupun pada anaknya setelah lahir dapat mempengaruhi
pertumbuhan otak anak.
>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar