Selasa, 22 Februari 2011

KATARAK


Katarak adalah suatu kekeruhan yang terjadi pada lensa mata sehingga terjadi penurunan kualitas penglihatan. Istilah katarak berasal dari kata Yunani cataractos, yang berarti air mengalir dengan cepat. Saat air mengalir dengan cepat (turbulensi), saat itu air dapat berubah dari jernih menjadi keruh atau berawan. Katarak pada umumnya menyerang kedua mata, namun salah satu mata dapat mengalami percepatan dibanding yang lainnya.1 Katarak merupakan penyebab utama (52%) kebutaan. Beberapa gejala umum katarak adalah pandangan yang kabur dan tidak dapat dikoreksi dengan lensa, warna-warna tampak kusam, kesulitan melihat di tempat terang, dan kesulitan membaca atau mengemudi di malam hari.
Sebagian besar katarak terjadi akibat proses penuaan, tetapi katarak juga dapat disebabkan oleh hal lain seperti:2,3
1. Genetik atau katarak kongenital.
2. Trauma (Katarak Traumatik) disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
3. Penyakit Sekunder disebabkan seperti: penyakit/gangguan metabolisme, peradangan pada mata atau diabetes melitus.
4. Paparan sinar radiasi.
5. Penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.

Patogenesis
Patogenesis katarak belum diketahui dengan pasti. Yang jelas, di lensa yang mengalami katarak terdapat agregasi protein sehingga menghalangi masuknya cahaya ke media optik mata. Perubahan protein juga dapat menghasilkan kesalahan warna menjadi kuning ataupun coklat. Selain itu, ditemukan adanya vesikel di antara serat-serat lensa atau pembesaran dan perpindahan sel-sel epitel lensa. Terdapat beberapa faktor yang berkontribusi dalam pembentukan agregasi ini, yaitu kerusakan oleh radikal bebas, sinar ultraviolet, dan juga malnutrisi. Reaksi-reaksi ini tidak dapat dikembalikan ke bentuk semula, hanya dapat dicegah misalnya dengan karotenoid/lutein sebagai antioksidan untuk melawan radikal bebas.
Berdasarkan keparahannya, katarak dibagi menjadi:
• Katarak matur: seluruh bagian lensa menjadi opak
• Katarak imatur: protein yang teragregasi transparan. Jika lensa ini dimasuki/terkena air, penglihatan akan menjadi intumesen.
• Katarak hipermatur: sel-sel korteks lensa mencair. Sel yang mencair ini dapat keluar dari kapsul yang intak sehingga lensa mengkerut.
• Katarak Morgagni: nukleus lensa pada katarak hipermatur terapung-apung di dalam kapsul lensa.
 
Pemeriksaan
Pemeriksaan terhadap pasien curiga katarak dilakukan dengan beberapa tahap. Permulaannya, sebagai pemeriksaan primer, dilakukan uji ketajaman penglihatan (visus) dengan kartu Snellen. Pada pasien katarak, visusnya menurun karena yang dilihatnya menjadi kabur. Kemudian, dapat dilakukan oftalmoskopi dan juga pemeriksaan dengan slitlamp.
Pemeriksaan slit lamp adalah pemeriksaan untuk melihat struktur tiga dimensi mata. Lensa-lensa tertentu bahkan dapat membantu melihat retina dan nervus optikus. Pada pemeriksaan ini, pasien tidak boleh menggunakan kacamata ataupun lensa kontak. Suatu cairan dilatator dapat digunakan untuk memperbesar pupil, tetapi tidak boleh digunakan untuk pasien glaukoma atau alergi cairan yang dimaksud. Namun, cairan dilatator ini dapat mengakibatkan mual, muntah, mulut kering, flushing, dan dizziness, reaksi alergi, serta peningkatan tekanan intraokular. Dengan pemeriksaan ini, dapat ditemukan katarak, perubahan seperti ulkus di kornea, benda asing, infeksi, dan perdarahan.

Katarak infantil4,5
Katarak infantil dibagi menjadi katarak kongenital dan katarak yang didapat. Katarak kongenital terjadi pada 1,2-6 individu dari 10.000 individu di Amerika Serikat. Di dunia, insidensinya tidak diketahui. Katarak kongenital didiagnosis setelah lahir.
 
Etiologi
Penyebab katarak kongenital adalah:
1. Genetik (mutasi spontan). Sebanyak 23% katarak kongenital adalah familial. Oleh karena itu, semua keluarga dekat harus diperiksa akan kemungkinan katarak.
2. Penyakit infeksi dan metabolik. Infeksi yang sering mengakibatkan katarak termasuk rubella, rubeola, cacar air, CMV, HSV, HZV, poliomielitis, influenza, virus Epstein-Barr, sifilis, dan juga toxoplasmosis.
3. Idiopatik
 
Manifestasi klinis dan terapinya
1. Katarak Kongenital. Opasifikasi dapat terjadi pada seluruh atau sebagian lensa. Opasifikasi parsial di luar bagian aksis mata (di bagian perifer lensa) tidak akan menghalangi masuknya cahaya. Katarak kongenital dapat menimbulkan penurunan fungsi penglihatan sehingga harus dideteksi sedini mungkin. Katarak yang luas dan padat dapat menimbulkan leukoria (pupil yang putih), hal ini dapat dilihat oleh orang-orang di sekitarnya. Katarak infantil unilateral yang diameternya lebih dari 2 mm akan mengakibatkan ambliopia permanen jika tidak ditatalaksana sampai usia 2 bulan. Ambliopia adalah mata malas, yaitu ketidakmampuan satu mata untuk melihat secara detail. Katarak kongenital dapat statis maupun progresif. Pemeriksaan dengan slitlamp dapat menemukan dilatasi pupil dan leukoria. Pemeriksaan fundus terdilatasi direkomendasikan sebagai bagian dari pemeriksaan mata baik untuk kasus unilateral maupun bilateral.
2. Katarak didapat. Katarak didapat tidak sedarurat katarak kongenital karena pada onset, anak tersebut telah tumbuh lebih tua dan memiliki sistem penglihatan yang lebih matang. Terapinya dilakukan dengan operasi.

Diagnosis banding
Diagnosis banding bagi katarak kongenital adalah retinoblastoma.


Katarak senilis5,6
Katarak degeneratif merupakan jenis katarak yang terbanyak. Katarak degeneratif juga merupakan penyebab terbesar untuk kebutaan. Prevalensi pada usia 65-74 tahun adalah sebanyak 50%, sedangkan pada usia lebih dari 75 tahun adalah sebanyak 70%. Katarak ini lebih sering terjadi pada wanita.

Faktor – Faktor yang Berhubungan
Penyakit Sistemik
Katarak senilis sering diasosiasikan dengan penyakit sistemik seperti: cholelithiasis, allergy, pneumonia, coronary disease and heart insufficiency, hipotensi, hipertensi, retardasi mental, dan diabetes.Hipertensi sistemik sangat berkaitan dengan terjadinya katarak posterior subkapsular sedangkan pada studi lainnya ditemukan hipertriglyceridemia, hiperglisemia, dan obesitas terkait dengan pembentukan katarak posterior subcapsular pada usia muda. Patofisiologi dari hipertensi dan glaukoma pada katarak senilis adalah dengan menginduksi perubahan konformasi struktur protein pada kapsul lensa yang menyebabkan gangguan pada transport membran dan permeabilitas dari ion-ion sehingga terjadi peningkatan intrakranial yang berujung pada pembentukan katarak.
Paparan Sinar Matahari
Salah satu hipotesis yang mengaitkan antara paparan UV dan katarak sneilis adalah terjadinya kerusakan lensa akibat pengaruh suhu. Hal ini didukung oleh suatu studi, pendudukan pada daerah dengan paparan UV yang tinggi cenderung terkena katarak senilis di usia yang lebih awal dibanding dnegan penduduk yang tinggal di daerah dnegan paparan UV yang rendah.

Faktor lainnya seperti peningkatan usia, miopia, dan perempuan.

Patofisiologi
Patofisiologi dari katarak senils masih belum dimengerti dengan baik sebab hal ini bersifat multifactorial yang berkaitan dengan interaksi kompleks diantara berbagai proses fisiologi. Pada proses fisiologi fiber-fiber lensa baru yang tumbuh dari perifer akan memadat di tengah sehingga membentuk nukleus lensa. Lama-kelamaan, nukleus lensa ini akan semakin padat dan pada orang yang sudah tua, pemadatan ini dapat menjadi sklerosis dan mengakibatkan katarak degeneratif. Penyebab kekeruhan lainnya, seiring dengan usia lensa, terjadi reduksi air, dan kemungkinan metabolit dari molekul-molekul ringan larut air dapat masuk ke sel lensa, lewat epitelium dan korteks, diikuti dengan menurunnya transpor air, nutrisi dan anti oksidan.
Katarak senilis dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe utama :
1. Katarak Nuklear adalah hasil dari skeloris yang berlebihan dan menguning, yang berakibat terbentuknya formasi opak di lentikuler sentral. Pada beberapa contoh nukleus dapat terlihat sangat coklat dan opak yang disebut brunescent nuclear cataract
2. Katarak kortikal terjadi pada bagian korteks lensa (bagian selain nukleus lensa). Katarak Kortikal disebabkan oleh perubahan komposisi ionik dari korteks lensa mata dan perubahan hidrasi pada lensa lensa-lensa fiber. Perubahan hidrasi pada fiber lensa mengakibatkan adanya retakan pada lensa. Retakan ini menimbulkan pola radial.
3. Katarak Subkapsular terjadi pembentukan granul dan plak opak pada korteks lensa dekat kapsul posterior. Manifestasi utamanya adalah penurunan kemampuan melihat pada keadaan terang. Selain itu, terjadi glare, myopic shift, dan diplopia monokular.
Stadium katarak ditentukan oleh visusnya. Jika visusnya kurang dari 20/200, katarak yang terjadi adalah katarak matur. Jika visusnya lebih baik dari 20/200, katarak yang terjadi adalah katarak imatur. Jika visusnya adalah 20/200, katarak yang terjadi adalah katarak insipien.


Katarak traumatik8
Pada katarak jenis ini, terdapat trauma pada mata sampai ke lensanya. Trauma ini dapat berupa trauma tajam maupun tumpul. Salah satu yang terbanyak mengakibatkan katarak traumatik adalah kembang api. Biasanya, katarak traumatik disebabkan oleh trauma yang terjadi pada tempat kerja. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah memakai googles pada saat bekerja. Trauma pada lensa akan mengakibatkan masuknya vitreus dan aqueus humor ke dalam lensa.

Katarak terinduksi obat5,7
Obat-obatan yang dapat menginduksi katarak adalah kortikosteroid jangka panjang (terbanyak), fenotiazin, amiodaron, dan fosfolin iodida. Penggunaan jangka panjang obat penurun kolesterol, seperti obat-obat golongan statin dan squalene synthase inhibitor dapat meningkatkan risiko terjadinya kekeruhan lensa mata (katarak). Squalene merupakan enzim yang terdapat dalam tubuh dan berperan dalam metabolisme kolesterol. Inhibisi atau penghambatan enzim squalene synthase akibat penggunaan obat penurun kolesterol dapat memicu terjadinya katarak. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan penambahan asupan squaleneuntuk mencegah terjadinya katarak pada penggunaan jangka panjang obat penurunkolesterol.
Squalene dapat ditemukan pada makanan yang bersumber dari hewani dan nabati, seperti: ekstrak hati ikan ”hiu botol” (Centrophorus atromarginatus), minyak zaitun, minyak kelapa sawit, minyak biji gandum, minyak amaranth dan minyak beras. Kadar squalene yang terbanyak terdapat di dalam ekstrak hati ikan ”hiu botol”.



Katarak Diabetikum9
Katarak diabetika merupakan perubahan lensa subkapsular progresif, bilateral, pada pasien dengan diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Orang-orang yang menderita katarak diabetika akan menderita presbiopia lebih cepat, penurunan kemampuan akomodasi, serta perubahan refraksi transien (biasanya miopia) sebagai akibat penignkatan kadar glukosa dalam humor akuos yang memasuki lensa melalui difusi, yang kemudian glukosa tersebut dikonversikan menjadi sorbitol oleh aldose reduktase, yang tidak dimetabolisme, yang menyebabkan masuknya air dan pembengkakan lensa.
Diabetes mellitus akan menyebabkan katarak pada kedua mata dengan bentuk yang khusus seperti terdapatnya tebaran kapas atau salju di dalam lensa. Kekeruhan lensa dapat berjalan progresif sehingga terjadi gangguan penglihatan yang berat. Katarak diabetes merupakan katarak yang dapat terjadi pada orang muda akibat terjadinya gangguan keseimbangan cairan di dalam kaca atau tubuh secara akut.

Katarak pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi dalam 3 bentuk:
1. Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila terjadi rehidrasi dan kadaar gula darah normal kembali.
2. Pasien diabetes juvenil dan tua yang tidak terkontrol, dimana terjadi katarak serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snowflake atau bentuk piring subkapsular.
3. Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histologik dan biokimia sama dengan pasien katarak nondiabetika.

Adapun patogenesis katarak diabetika menurut Pollreisz adalah enzim Aldose reduktase (AR) mengkatalisis reduksi glukosa menjadi sorbitol melalui jalur poliol, proses yang terkait dengan perkembangan katarak diabetika. Telah terbukti bahwa akumulasi sorbitol intraseluler menimbulkan perubahan osmotik yang menghasilkan serat lensa hidropik berdegenerasi dan membentuk katarak diabetika. Di dalam lensa, sorbitol diproduksi lebih cepat daripada konversi menjadi fruktosa oleh enzim sorbitol dehidrogenase. Selain itu, kutub sorbitol memiliki karakter mencegah perubahan intraselulernya melalui difusi. Peningkatan akumulasi sorbitol menciptakan efek hiperosmotik yang mengakibatkan masuknya cairan untuk menyeimbangkan gradien osmotik.
Penelitian terhadap hewan menunjukkan bahwa akumulasi poliol intraselular menyebabkan kolaps dan pencairan serat lensa yang akhirnya menyebabkan kekeruhan (opasitas) lensa. Temuan ini telah mengarah pada hipotesis osmotik pada pembentukan katarak diabetika, yang menekankan bahwa peningkatan cairan intraselular dalam respon terhadap akumulasi poliol yang dimediasi AR menyebabkan pembengkakan di lensa yang berhubungan dengan perubahan kompleks biokimia yang akhirnya menyebabkan pembentukan katarak.
Selanjutnya, penelitian telah menunjukkan bahwa stres osmotik pada lensa yang disebabkan oleh akumulasi sorbitol menginduksi apoptosis sel lensa (LEC) yang mengarah pada perkembangan katarak.

Penatalaksanaan2,3
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi. Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis, glaukoma, dan retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi.

Kesimpulan
Katarak adalah suatu kekeruhan yang terjadi pada lensa mata sehingga terjadi penurunan kualitas penglihatan. Etiologi katarak dapat berupa kongenital, proses degeneratif, trauma, penyakit sistemik, dan terinduksi obat. Jenis katarak terbanyak adalah katarak senilis yang biasa menyerang orang yang sudah tua. Pada mata dapat terlihat leukoria. Keluhan utama dari pasien adalah penglihatan buram. Tata laksana yang dapat diberikan diantaranya operasi.

Hubungan dengan Pemicu
Pada pemicu dikatakan pak amir mengeluh mata buram, setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan bahwa lensa mata kanan pak amir keruh sehingga fundusnya tak dapat dinilai. Hal ini mengisyaratkan terjadinya katarak. Katarak yang mungkin dialami oleh Pak Amir adalah katarak senilis. Etiologi yang mendasarinya adalah proses penuaan lensa serta penyakit Diabetes Melitus (DM) dan hipertensi yang dimiliki. DM yang dimiliki beliau dapat menyebabkan akumulasi sorbitol intraseluler sehingga terjadi perubahan osmotik yang menghasilkan serat lensa hidropik berdegenerasi dan membentuk katarak diabetika, sedangkan hipertensi yang dimiliki dapat memicu perubahan konformasi dari protein pada kapsul lensa yang menyebabkan gangguan pada transport membran dan permeabilitas dari ion-ion sehingga terjadi peningkatan intrakranial yang berujung pada pembentukan katarak.

Daftar pustaka
1. David A. Cataracts. 2008. Diunduh dari: http://www.emedicinehealth.com/cataracts/article_em.htm (18 Februari 2011)
2. National Eye Institute. Cataract : What you should know. U.S. Department of Health and Human Services : National Institute of Health; 2003.p.1-6
3. Murill CA, Stanfield DL, VanBrocklin MD, Bailey IL, DenBeste BP, Dilorio RC, et al. Care adult patient with cataract. Optometric Clinical Practice Guideline. St. Louis : American Optometric Association; 2004.p.3-53
4. Bashour M, Menassa J. Cataract, Congenital. Style sheet. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/1210837-overview (18 Februari 2011)
5. Folberg R. The Eye, dalam: Kumar V, Abbas A, Fausto N. Robbins and Cotran’s Pathologic Basis of Diseases 7th ed. [e-book]. Saunders. 2006.
6. Ocampo VVD, Foster S. Cataract, Senile. Style sheet. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview (18 Februari 2011)
7. Menys VC, Durrington PN. Squalene synthase inhibitor. British Journal of Pharmacology 2003 ;139: 881–82.
8. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Lens, dalam: Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology 17th ed. [e-book]. McGraw-Hill. 2007.
9. Dina F. Peran Jalur Poliol Dalam Patogenesis Katarak Diabetika. Agustus 2010. Diunduh dari http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=PERAN+JALUR+POLIOL+DALAM+PATOGENESIS+KATARAK+DIABETIKA (18 Februari 2011)

>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar